Topik 57: Pendalaman masalah Mubtada’ dan Khobar

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum kita lanjutkan pembahasan ayat 2 surat Al-‘Ashr, kita berhenti sejenak disini. Oke kita sudah lihat dan bahas peranan dan fungsi kaana dan inna dalam kalimat. Ingat-ingat lagi ya, karena dua kata ini sering dipakai dalam Al-Quran.

Oke. Kalau dilihat bahwa peranan atau fungsi kaana dan inna ini, sangat berkaitan dengan apa yang disebut mubtada’ dan khobar. Maka pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini perlu lebih di perdalam. Sebagai perbandingan kitab Al-Arabiyah Bin Namajiz (Bahasa Arab dengan Pola-pola) membahas masalah mubtada dan khobar ini ke dalam 4 bab terpisah. Dari sini tercermin betapa pentingnya pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini.

Oke baiklah. Walau secara ringkas kita sudah bahas, bahwa mubtada’ itu subjek dan khobar itu prediket, sebenarnya pembagian ini kurang begitu operasional. Saya akan jelaskan mengapa.

Mari kita berandai-andai membuat perumpamaan kalimat.

Misal saya katakan:

The house is big.

Rumah itu besar.

Oke dalam bahasa Arab kita katakan:

البيتُ كبيرٌ – al-baytu kabiirun --> Kalimat A

Nah dalam bahasa Arab diatas terlihat bahwa mubtada’ adalah البيتُ – al-baytu, dan yang menjadi khobar adalah كبيرٌ – kabiirun.

Sangat straightforward dan mudah kan.

Tapi bayangkan skenario begini. Tanpa sengaja saya “tertambahkan” alif lam di depan kabiirun. Sehingga kalimatnya menjadi:

البيتُ الكبيرُ - al-baytu al-kabiiru --> Kalimat B

Apa padanan bahasa Inggris nya? Padanan untuk kalimat diatas berubah, menjadi

The big house (rumah besar itu)

Lihat bedanya.

The house is big: Rumah itu besar (kalimat A)
The big house: Rumah besar itu (kalimat B)

Kalimat A adalah kalimat yang sempurna, yang terdiri dari Mubtada’ (Rumah itu) dan Khobar (besar).

Sedangkan kalimat B, bukan kalimat sempurna. Kenapa? Karena kalimat B, hanya terdiri dari mubtada’ saja. Khobarnya tidak ada. Jadi kalimat “Rumah besar itu …” adalah mubtada’, belum jelas “ada apa dengan rumah besar itu”, alias belum ada khobarnya (khobar dalam bahasa Arab artinya berita). Kalimat B, khobarnya belum ada, atau berita-nya belum ada.

Oke. Sekarang kembali ke kalimat B. Saya katakan tadi bahwa Kalimat B belum sempurna. Bagaimana membuat kalimat B jadi sempurna?

Gampang. Tinggal kasih khobar, kan? Ya, anda benar.

Misalkan saya katakan:

The big house is new.

Sekarang saya sudah pilih new: baru (جديد - jadiidun) sebagai khobar. Maka kalimat B, dalam bahasa Arab jika ditambahkan jadiidun, menjadi:

البيتُ الكبيرُ جديدٌ – al-baytu al-kabiiru jadiidun

Sim salabim. Kalimat diatas berubah jadi kalimat sempurna, karena sudah ada khobar (prediket) nya. Mana khobarnya? Yaitu jadiidun.

Nah, kita sudah lihat kan ciri-ciri mana yang khobar, mana yang mubtada. Ciri-cirinya begini:

- Jika ada kata benda ma’rifat (spesifik: biasanya ditandai dengan alif lam -al), maka dia mubtada. Dalam contoh diatas بيتٌ – baitun (sebuah rumah), kemasukan alif lam menjadi البيتُ – al-baytu (rumah itu), adalah mubtada (karena ada al-nya)

- Jika setelah mubtada itu kata benda lagi yang juga spesifik (ada alif lam), maka kata benda itu bukan khobar, tapi shifat dari mubtada’. Dalam contoh diatas, kata كبيرُ - kabiirun (besar) karena mendapat alif lam menjadi al-kabiiru ( الكبيرُ ) maka dia bukanlah khobar, tetapi sifat dari mubtada. Sehingga kita tidak bisa terjemahkan: the house is big, tapi the big house.

- Setelah shifat, jika masih ada kata benda yang ada alif-lam, maka dia bukan lah khobar, tetapi shifat yang kedua. Saya bisa membuat begini: البيتُ الكبيرُ الواسعُ جديدٌُ – al-baytu al-kabiiru al-waasi’u jadiidun (The big large house is new ), atau Rumah yang besar (lagi) luas itu baru. Terlihat disini besar (big) dan luas (large) adalah sifat dari rumah itu, dan keduanya adalah masih bagian dari mubtada’. Sedangkan khobarnya adalah jadiidun (baru).

- Jika setelah mubtada (yang ada al-nya) ada kata benda yang tidak ada al-nya, maka itulah khobarnya. Dalam contoh diatas, kata jadiidun (baru) tidak ada al-nya, maka dapat diindikasikan kata jadiidun adalah khobar.

Ingat, jika sebuah kalimat sudah ada mubtada’ dan khobarnya maka, itu disebut kalimat sempurna.

Demikian, mudah-mudahan jelas ya. Sebagai penutup, saya sampaikan bahwa khobar-pun dapat terdiri dari lebih dari satu kata. Contoh sebelumnya khobar hanya satu kata, yaitu jadiidun. Dalam Al-Quran kadang-kadang khobar itu terdiri dari 2 kata benda.

Contoh dalam surat Al-Baqarah ayat 115.

إن الله واسعٌ عليمٌ – inna Allaha waasi’un ‘aliimun : sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui.

Lihat kalimat diatas, jika inna saya buang maka menjadi:

اللهُ واسعٌ عليمٌ – Allahu waasi’un ‘aliimun : Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui.

Perhatikan, bahwa struktur kalimatnya:

Mubtada: Allahu
Khobar: waasi’un ‘aliimun

Khobarnya terdiri dari dua kata benda. Kita bisa lanjutkan menambahkan kata benda (yang merupakan sifat dari Mubtada) dengan tambahan lain misalkan: Allahu waasi’un ‘aliimun rahiimun rahmaanun dst (dimana mubtada'-nya Allahu, dan sisanya adalah khobar).

Jelaslah sekarang, bahwa kepandaian menentukan mana khobar, mana mubtada’ akan membantu kita dalam menerjemahkan text Al-Quran, khususnya yang berkaitan dengan inna dan kaana. Insya Allah akan kita jelaskan mengenai khobar muqoddam, pada topik-topik selanjutnya.

Posting Komentar